Teman-Teman

Rabu, 05 Januari 2011

Mencegah KDRT

sumber: http://www.sahabatwanita.com/mencegah-kekerasan-dalam-rumah-tangga

Kekerasan terhadap perempuan terutama dalam rumah tangga merupakan isu yang telah lama dibicarakan dan sering terjadi di sekitar kita, namun seberapa banyak dari kita yang peduli?

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan Khususnya kekerasan dalam rumah tangga, diantaranya faktor sosial budaya, pendidikan, ekonomi, pemahaman masyarakat tentang perannya masing masing, dan lain-lain.

Salah satu penyebabnya adalah pandangan bahwa wanita dianggap sebagai orang nomor dua dan dapat diperlakukan dengan cara apa saja.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga – KDRT

Kekerasan oleh suami terhadap istri seperti tak akan pernah habis. Apa dan mengapa masih bisa terjadi

KDRT biasanya merujuk pada suatu pola perilaku. Satu kali peristiwa pemukulan suami terhadap istri biasanya dianggap bukan KDRT. Pemukulan itu baru dianggap KDRT bila dilakukan lebih dari sekali dan biasanya berulang-ulang

Bentuk KDRT yang banyak dikenal hanya kekerasan fisik, padahal sebenarnya tidak sebatas itu. KDRT meliputi; fisik, etnik, ekonomi, psikologi, hingga seksual. Ada lima bentuk KDRT, yaitu fisik, emosional/ psikologis, seksual, ekonomi, dan sosial.

1. Kekerasan fisik mudah dikenali dengan bekas luka di tubuh seperti memar, lebam, bengkak, dll.
2. Kekerasan emosional atau psikologis sulit dikenali, karena yang terluka berada di dalam diri individu. Namun, gejalanya bisa kita amati. Termasuk dalam kategori kekerasan emosional adalah pemakaian kata-kata kasar, kotor dan merendahkan.
3. Kekerasan seksual lebih sulit dikenali karena kejadiannya di tempat yang sangat privat dan tersembunyi. Apalagi para istri yang mengalami kekerasan seksual enggan dan malu menceritakan atau melaporkan hal ini karena dianggap mencoreng muka sendiri. Yang termasuk kekerasan di bidang seksual ini adalah tindakan pemaksaan terhadap istri untuk melakukan hubungan seksual. Istilahnya marital rape (perkosaan terhadap istri sah).
4. Kekerasan ekonomi adalah memaksa istri untuk bekerja melebihi kapasitasnya dan/atau suami menghambur-hamburkan penghasilan yang diperoleh isteri. Termasuk di dalamnya memaksa istri untuk melacur.
5. Sedangkan kekerasan sosial adalah sikap atau tindakan membatasi pergaulan istri. Misalnya saja, istri dikungkung dalam rumah dan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan di luar seperti ikut arisan.

Secara umum ada empat faktor terjadinya KDRT.

1. Ketimpangan ekonomi antara suami dan isteri.
2. Adanya pola menyelesaikan konflik dengan penggunaan kekerasan.
3. Suami yang dominan dan otoriter
4. Ada cukup banyak hambatan bagi istri untuk meninggalkan keluarga. Misalanya alasan demi anak-anak, demi nama baik keluarga, dll.

Bila dilihat lebih dekat pada individu, ada dua penyebab utama.

Pertama, secara pribadi. Artinya pelaku memiliki kelainan dan ini hanya baru bisa disembuhkan bila ada kesadaran dari pelaku untuk mencari pertolongan. Kelainan pribadi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik/keturunan atau juga pola asuh yang akan dominan atau muncul optimal ketika kondisi situasional memungkinkan.

Kedua, kondisi situasional, yaitu kondisi pelaku yang mengalami tekanan, stres atau frustasi.

Penanganan kekerasan dalam rumah tangga :

* Perlu kerjasama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama korban kekerasan itu sendiri.
* Kesediaan korban untuk memberikan kesaksian, tanpa kesaksian dari korban atas tindakan kekerasan yang dialaminya, hukum dan keadilan tidak dapat ditegakkan.
* Diperlukan sistim perlindungan yang efektif bagi pihak yang mau bersaksi. Tanpa perlindungan yang efektif, tidak akan ada korban kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga yang bersedia mempertaruhkan nasib diri dan anak-anaknya dengan mengungkapkan kejahatan yang dialaminya kepada penegak hukum. Dan jika tidak ada kepedulian terhadap sesama, selamanya kekerasan ini akan menjadi bagian dari kehidupan dan budaya kita.
* Perlu ditekankan pada korban, bahwa peristiwa yang dialaminya bukanlah hal yang memalukan, karena setiap orang berhak mendapatkan perlakuan yang baik dan keadilan hukum meskipun pelaku adalah suami sendiri. Bila terjadi kekerasan, jangan sungkan dan malu untuk menceritakan pada orang terdekat (misalnnya sahabat, keluarga, perangkat desa), bila memungkinkan keluarlah dari rumah dan kembali bila situasi sudah aman.
* Segera melaporkan pada pihak yang berwajib.

Jika anda merasa mendapat kekerasan dan mengancam jiwa anda, walaupun itu dilakukan anggota keluarga anda sendiri, segera laporkan kepada pihak yang berwajib.
sumber : http://www.sahabatwanita.com/mencegah-kekerasan-dalam-rumah-tangga

Referensi Penghilang Traumatic

Ketika aku sedang mencari referensi untuk persiapanku mengikuti Training Advokasi bagi Perempuan Korban Kekerasan di Rifka Annisa Women Crisis Center minggu depan, aku menemukan tulisan ini di :
http://www.sahabatwanita.com/berdamai-dengan-kenangan-masa-lalu

Berdamai Dengan Kenangan Masa Lalu

Pernahkah Anda mengalami suatu peristiwa yang sulit dilupakan?padahal peristiwa itu sudah lama berlalu namun Anda masih mengingatnya bahkan begitu membekas di dalam ingatan Anda?

Masing-masing orang memiliki masa lalu dan pemaknaan atas masa lalunya itu secara unik, berbeda dan tidak akan pernah ada dua manusia yang memiliki pemaknaan yang sama persis atas suatu peristiwa.

Meskipun peristiwa yang dialami sama. Kita bisa sedih, bahagia, gembira, takut, marah, jijik, tertekan, kecewa, ataupun malu atas kejadian di masa lalu yang hingga saat ini mungkin masih membekas dalam ingatan kita.

Peristiwa di masa lalu yang memalukan, sebuah pengalaman menyakitkan atau pengalaman yang amat menakutkan… seperti : menerima pelecehan seksual, dikhianati oleh pasangan hidup, gagal dalam bisnis dan mengalami kerugian puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Atau melakukan perbuatan yang tidak termaafkan dari segi agama, adalah kejadian-kejadian yang meninggalkan kesan mendalam. Sulit memang, mengakui kesalahan ataupun kekalahan di masa lalu yang melukai perasaan kita bahkan melukai harga diri kita, peristiwa-peristiwa itu membuat kita menjadi sedih, kecewa, tertekan, dan tidak berdaya.

MENGAKUI bahwa kita kalah saja sudah sulit, apalagi MENERIMA DAN MELUPAKAN? Bukan hal mudah untuk melakukan semua itu. Kemudian yang ada hanyalah rasa tertekan yang makin dalam, perasaan-perasaan bersalah, dan terus menerus menganggap diri tidak berarti lagi dan yang lebih parah lagi malah menganggap hidup tidak berguna.

Wajar saja kita memiliki perasaan-perasaan seperti itu karena kita diberikan Tuhan “seperangkat” perasaan untuk merasa. Tapi yang perlu kita tahu bahwa bukan kejadian atau peristiwanya yang membuat kita merasakan sesuatu (sedih, jengkel, tertekan, dll) dan muncul emosi tertentu (marah, takut, dll).

Tetapi yang perlu kita ketahui adalah alasan mengapa kita memiliki perasaan-perasaan tertentu dan bereaksi dengan cara-cara tertentu. Hal itu merupakan cara kita dalam memaknai suatu peristiwa. Coba bayangkan sebuah pemandangan indah di pegunungan, banyak pohon rindang dengan air terjun yang deras dan batu-batuan besar hitam yang bisa dijadikan tempat duduk.

Mungkin reaksi Anda adalah sebuah perasaan nyaman, tenang dan kesejukan alam yang menenangkan jiwa, namun ada teman saya yang menyatakan perasaan yang berbeda.

Teman saya mengatakan bahwa pemandangan seperti itu membangkitkan perasaan ngeri, takut dan merinding , karena dia memiliki asumsi bahwa di tempat seperti itu banyak ular dan sangat mungkin bagi lelaki hidung belang mencari mangsa, karena banyak pohon rindang yang bisa digunakan untuk bersembunyi dan memperkosa.

Nah, sekarang terlihat bedanya bukan ? Apa yang kita rasakan adalah pemaknaan atau cara memaknai peristiwanya, dalam hal ini peristiwanya adalah pemandangan alam.

Namun demikian, sebagai manusia yang memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang, sangat dibutuhkan penyatuan kembali pengalaman-pengalaman pahit dalam hidup yang sempat dilupakan atau diingkari, agar tercapai kesehatan mental yang baik sehingga kita dapat menjalankan fungsi sebagai manusia sepenuhnya yang bermanfaat terutama bagi diri sendiri maupun orang lain.

Cobalah cara sederhana berikut ini untuk mendapatkan kebahagiaan baru dalam hidup kita saat mengalami peristiwa yang membuat kita merasa tidak berdaya, sedih dan tertekan :

1. Latihlah untuk rileks
Tarik nafas pelan-pelan, tahan 2 detik dalam paru-paru lalu hembuskan melalui mulut. Ulangi beberapa kali sampai Anda merasa tenang dan nyaman.

10 kali tarikan-hembusan. Latihan Pernafasan ini biasanya dapat pula diikuti dengan gerakan tubuh seperti : kedua lengan lurus kedepan kemudian diputar-putar dari depan ke samping badan.
2. Bayangkan
Setelah Anda dapat melakukan pernafasan rileks ini, perlahan-perlahan dan sedikit demi sedikit bayangkan kembali peristiwa di masa lalu yang sampai saat ini masih Anda rasa begitu menyakitkan.

Mulailah dari peristiwa yang kadar menyakitkannya paling ringan. Demikian terus selanjutnya sampai yang terakhir peristiwa yang paling menyakitkan.
3. Sadari reaksi yang muncul dari tubuh Anda.
Biasanya reaksi tubuh yang kita rasakan saat mengingat peristiwa yang tidak menyenangkan dan menekan di masa lalu antara lain : jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, pusing, sakit perut, nafas memburu, dan mual.
4. Praktekkan !
Ketika Anda merasakan ada reaksi tubuh yang muncul segera lakukan gerakan “menarik nafas dan hembuskan” seperti yang telah dipelajari tadi. Bila Anda melakukan gerakannya secara benar, Anda akan mendapatkan perasaan tenang, nyaman dan perasaan dapat mengendalikan diri.

Temukan Kebenaran

* Setelah dapat menguasai reaksi tubuh yang muncul jika perasaan tidak menyenangkan yang berasal dari ingatan akan peristiwa di masa lalu, mulailah menemukan kebenarannya.
* Tuliskan apa saja yang anda pikirkan ketika mengingat peristiwa menyakitkan atau memalukan ataupun peristiwa apa saja yang membuat Anda merasa tidak nyaman.

Sebagai contoh, Sinta merasakan tertekan luar biasa setelah mengetahui suaminya menikah lagi secara siri dengan wanita lain, maka yang ia tuliskan mengenai pikirannya ketika mengingat peristiwa itu antara lain : aku tidak berharga lagi di mata suamiku, aku sudah tidak cantik lagi, akulah penyebab kenapa suamiku menikah lagi karena selama ini kurang memperhatikan kebutuhan seksualnya…dan sebagainya

Pikiran semacam ini bisa jadi benar namun tidak menutup kemungkinan ini hanyalah pikiran yang terlalu berlebihan tanpa didasarkan pada kenyataan. Hal ini dikarenakan terkadang kita memang menutup mata terhadap kenyataan, lalu membuat kesimpulan untuk memuaskan perasaan sendiri, misalnya merasa puas dengan menyalahkan diri sendiri atau merasa memang kitalah yang harus dianggap salah dalam hal ini.

Jika pikiran seperti ini yang muncul, maka cara menguraikannya adalah : Sinta harus melihat secara obyektif apakah dia memang sudah tidak cantik lagi? kemudian apakah dia yang bersalah dalam pengambilan keputusan suaminya untuk menikah lagi? Tentu tidak seratus persen benar.

Mungkin benar bahwa suami Sinta tidak tertarik lagi padanya, tapi kenapa suaminya menikah lagi penyebabnya ada bermacam-macam, misalnya ketertarikan yang kuat kepada wanita lain karena dianggap memiliki ‘sesuatu’ yang berbeda dengan yang dimiliki istrinya sehingga pilihan menikah lagi adalah usaha untuk ‘mengoleksi kebaikan sifat wanita’.

Atau pilihan menikah lagi adalah sebagai bentuk ketertarikan suami Sinta untuk mengikuti trendsetter pernikahan saat ini yaitu poligami. Nah, dengan berusaha berpikir dari sudut pandang lain maka Sinta dapat mengubah pandangannya yang negatif terhadap diri sendiri namun dapat melihat bahwa apa yang ada secara lebih obyektif alias sesuai kenyataan.

Dengan menguraikan masalah seperti pengalaman Sinta tadi Anda pun dapat menguraikan sendiri masalah Anda, tanpa harus mengorbankan diri sendiri dalam perasaan yang tidak nyaman.

Bertahan terus menerus dalam perasaan yang tidak nyaman membutuhkan energi yang luar biasa besar, hal ini akan menguras sumber energi Anda dan berpotensi untuk menimbulkan gangguan fisik seperti penyakit maag, migrain, asma, dan resiko terhadap stress dan depresi ataupun gangguan psikis lainnya.

Nah, apabila gangguan yang ditimbulkan oleh tekanan permasalahan itu sudah dirasa berat dan menghambat Anda dalam merawat diri sendiri (malas mandi, tak ada selera makan, sulit tidur, atau tidak dapat berkonsentrasi) dan menghambat Anda dalam berinteraksi dengan orang lain.

Maka segera hubungi Psikolog terdekat untuk mendapatkan bantuan. Mereka akan sangat terbuka dan respek pada permasalahan Anda. Jangan tunggu sampai Anda benar-benar merasa sangat depresi.
sumber: http://www.sahabatwanita.com/berdamai-dengan-kenangan-masa-lalu

Nengok Lagi....

Baru bisa nengok lagi niy... Maaf, beberapa waktu yang lalu sempat dihinggapi kemalesan karena banyak hal, heheheh....
Tak terasa udah ganti tahun ya? Selamat tahun baru.... Semoga di tahun ini semuanya jadi semakin baik, bagi kita semua, bagi aku juga tentunya. Di tahun lalu sudah terlalu banyak hal yang musti diperbaiki di tahun ini...